V for Vendetta adalah film tahun 2006
yang ceritanya diadaptasi dari sebuah novel grafis berjudul V for
Vendetta karya Alan Moore dan David Lloyd, yang menceritakan tentang
seseorang yang berinisial "V" yang berjuang untuk menghacurkan rezim
pemerintahan otoriter di Inggris.
Film ini disutradarai oleh James McTeigue dan diproduksi oleh Joel
Silver (salah seorang produser film tersukses di Hollywood) dan
Wachowski bersaudara (Andy Wachowski dan Larry Wachowski), yang juga
menjadi penulis skenario dalam film ini.
Pemeran utama dalam film ini diperankan oleh Natalie Portman yang
berperan sebagai Evey Hammond dan Hugo Weaving sebagai V, Stephen Rea
sebagai Finch, serta John Hurt sebagai Sutler
Pemeran
Natalie Portman sebagai Evey Hammond
Hugo Weaving sebagai V
Stephen Rea sebagai Eric Finch
John Hurt sebagai Chancellor Sutler
Stephen Fry sebagai Gordon Dietrich
Sinead Cusack sebagai Dr. Delia Surridge
John Standing sebagai Bishop Lilliman
Tim Pigott-Smith sebagai Creedy
Rupert Graves sebagai Dominic
Natasha Wightman sebagai Valerie
Roger Allam sebagai Lewis Prothero
Ben Miles sebagai Dascomb
Clive Ashborn sebagai Guy Fawkes
V For Vandetta:
Perseteruan antara pemerintah dengan rakyatnya mungkin adalah kisah yang sudah berlangsung sejak jaman dahulu kala dan nampaknya tidak akan
pernah berujung. Momen disaat pemegang tahta kekuasaan menyalahgunakan
kekuasaan tersebut dan hanya ingin mendapatkan kekuasaan tertinggi
dibandingkan berkuasa untuk mensejahterakan rakyat dan negerinya memang
sudah jadi cerita lama. Hal itulah yang pada akhirnya menciptakan sistem
totalitarian dimana suatu pemerintahan mengontrol segala hal dalama
negara. Kontrol disini tidak hanya pada hal-hal seperti hukum ataupun
kekayaan tapi juga sampai kepada hal-hal seperti norma dan mereka
berusaha mengontrol bagaimana masyarakat berperilaku sesuai dengan
keinginan mereka. Setelah itu semuanya tergantung kepada rakyatnya akan
bersikap bagaimana, apakah hanya akan menerima hal tersebut? Atau malah
melakukan perlawanan karena adanya perasaan terkekang? Hal itulah yang
menjadi poin penting dalam kisah V for Vendetta yang diadaptasi
dari komik yang ditulis oleh Alan Moore pada 1982 sampai 1989. Versi
filmnya sendiri disutradarai oleh James McTeigue (Ninja Assassin) dan naskahnya ditulis oleh Duo Wachowski (The Matrix Trilogy).
Pada tahun 2020, Inggris dipimpin oleh Chancellor Adam Sutler dari
partai Norsefire yang beraliran fasis. Sang Chancellor memimpin dengan
pola totalitarian dan benar-benar membatasi kebebasan rakyatnya. Hal
yang benar dan salah diatur oleh pemerintah. Bahkan orang-orang dari
kaum yang tidak disukai seperti para tahanan politik, homoseksual sampai
muslim dimasukkan kedalam camp konsentrasi. Tidak ada satupun
orang yang berani menentang rezim ini meskipun banyak yang membencinya.
Semuanya takut kepada pemerintah yang akan menangkap bahkan membunuh
pihak yang melawan mereka. Tapi ternyata ada seorang misterius yang
memakai topeng Guy Fawkes (Hugo Weaving) berani turun ke jalan dan
melakukan aksi menentang bahkan melawan pemerintah. Pria bertopeng
misterius tersebut menamakan dirinya V. Pada tanggal 5 November setelah
ia menyelamatkan Evey Hammond (Natalie Portman) dari para polisi rahasia
pemerintah, V melakukan aksi publik perdananya dengan meledakkan gedung
Old Bailey yang merupakan pusat pengadilan. V bahkan kemudian
mengumumkan lewat televisi tentang rencana yang akan ia lakukan. Ia
mengajak para rakyat yang tidak menyukai rezim totalitarian tersebut
untuk turun ke jalan tepat setahun kemudian pada tanggal 5 November
untuk secara bersama menggulingkan pemerintahan, bahkan V berencana
meledakkan gedung parlemen.
Sekedar info, topeng yang dipakai V berasal dari sosok nyata. Guy Fawkes
memang bukan tokoh fiksi. Guy Fawkes termasuk satu dari beberapa tokoh
yang berperan dalam rencana pembunuhan terhadap King James I pada 1605
namun gagal dan pada akhirnya ia dieksekusi pada tahun 1606. Rencana
tersebut dinamakan Gunpowder Plot, dan memang berlangsung pada 5 November 1605. Rencananya juga tidak jauh beda dengan rencana V, yakni meledakkan House of Lords pada tanggal 5 November. V for Vendetta
memang adalah kisah tentang bagaimana kekuatan yang muncul dari
persatuan rakyat dapat menggulingkan sebuah kekuasaan seperti apapun.
Jika rakyat sudah bersatu memang tidak ada yang tidak mungkin, dan hal
tersebut sudah sering dibuktikan di dunia nyata. Permasalahannya adalah
tidak semua orang berani menjadi pencetus ide perlawanan tersebut dan
menjalankannya. Untuk itulah terkadang perlu cara ekstrim untuk bisa
memantik keberanian dan menampar kesadaran rakyat terhadap penindasan
yang menimpa mereka. Dari situlah pertanyaan muncul mengenai apakah
kekerasan bahkan sampai pembunuhan yang dilakukan oleh V memang perlu
dan bisa dibenarkan? Tapi toh ambiguitas moral tersebut sudah sering
dibuktikan dalam berbagai kejadian dimana rakyat akan bersatu jika
muncul sebuah momen heroik atau disaat pemerintah melakukan hal yang
jauh kelewat batas dan biasanya berkaitan dengan hilangnya nyawa satu
atau banyak orang.
Kritikan bagi sistem totalitarian juga amat terasa disini. Bahkan dalam V for Vendetta
sistem ini digambarkan tidak punya sisi positif sedikitpun. Sebenarnya
hal ini sedikit disayangkan, mengingat tindakan yang dilakukan oleh V
sudah terasa abu-abu dan ambigu, mengapa tidak sekalian saja buat para
pemerintah totalitarian ini sebagai pihak abu-abu juga? Hal ini
sebenarnya bisa dilakukan dengan sedikit memberikan alasan mengenai
pemakaian sistem ini pada saat itu, jadi yang muncul bukanlah
penggambaran abu-abu melawan hitam seperti yang nampak pada film (saya
belum membaca komiknya), namun menjadi abu-abu melawan abu-abu. Ah saya
rasa itu akan membuat film ini makin menarik dan makin terasa mendalam.
Saya juga kurang setuju dengan pendapat V bahwa "Seharusnya bukan rakyat
yang takut pada pemerintah, namun pemerintah yang takut pada rakyat"
Tentu anda pernah mendengar kisah tentang raja yang mendapat ramalan
bahwa anaknya nanti akan menggulingkan dirinya jika sudah dewasa. Sang
raja menjadi takut pada anaknya dan berusaha membununya. Tapi pada
akhirnya justru rasa takut itu yang membuat sang raja jatuh. Hal itulah
yang juga akan terjadi jika pemerintah takut pada rakyat. Pemerintah
bisa jadi bertindak sama jauhnya dengan yang terjadi pada film ini, dan
tetap akan menimbulkan dampak negatif yang besar.
Walaupun begitu film ini sudah mampu menyampaikan berbagai pesannya
dengan baik dan mengena. Konsep tentang topeng yang dipakai V sedikit
mengingatkan saya pada alasan Bruce Wayne versi Nolan mengenakan kostum
Batman. Ide dasarnya bukanlah topeng atau siapa di balik topeng
tersebut, namun ideologi yang dibawa. Topeng hanyalah menjadi simbol
saja. Begitu pula dengan sosok V yang tidak pernah terlihat mukanya.
Topeng Guy Fawkes yang ia pakai hanyalah simbol perlawanan. Tidak
penting siapa sosok dibalik topeng tersebut, yang penting adalah ide
yang ia miliki. Bicara tentang sosok V jelas sosok Hugo Weaving patut
diberi pujian. Wajah dan ekspresinya memang tak pernah terlihat, tapi ia
mampu memberikan sebuah penampilan yang ikonik hanya lewat suara yang
khas dan gestur yang begitu luwes dan terkadang unik. Meski tidak pernah
melihat wajahnya, penonton bisa memahami apa yang ia maksud. Dasarnya
sama saja dengan konsep ide tadi, orang tidak tahu siapa sosok dibalik
topeng, tapi mereka bisa mengerti ide yang ia bawa dari segala
perbuatannya. Kemudian ada juga sosok Natalie Portman yang juga bagus.
Tapi yang paling menonjol adalah totalitasnya dimana Portman tidak segan
menggunduli kepalanya secara nyata.
Namun V for Vendetta tidak hanya melulu soal pamer ideologi dan
politik. Salah satu faktor utama keberhasilan film ini adalah mampu
menyeimbangkan faktor politik tersebut dengan suguhan adegan aksi yang
sangat menarik. Mungkin special effect yang ada tidak terlalu mewah, namun penanganannya yang pas plus dibalut iringan musik epik buatan Dario Marianelli, V for Vendetta
mampu tampil dengan begitu keren. Dua aksi peledakan yang ada di film
ini mampu tampil begitu megah namun punya porsi yang tidak berlebihan.
Semua itu masih ditambah aksi keren dari sosok V yang beraksi hanya
bermodalkan beberapa pisau saja. Seringkali memang penggunaan pisau
bakal jauh terlihat lebih keren dari senjata api seperti apapun. Pada
akhirnya mungkin tidak semua orang sepaham dengan ide-ide yang
disampaikan dalam V for Vendetta, namun jelas film ini mampu
menggabungkan berbagai sindiran yang cukup tajam dan mengenai dengan
berbagai adegan aksi yang menghibur. Saat sebuah film mampu
menggabungkan dua hal itu dengan baik, maka itulah bukti bahwa film itu
spesial. Saya yakin V for Vendetta akan terus diingat, seperti tanggal 5 November. Remember remember, the 5th of November.
Peraturan Berkomentar : - Berkomentar dengan Sopan dan Bijak! - Untuk Berkomentar Gunakan (OpenID / Name URL / Google+) - Your attitude determines everything - Dilarang Spam & Sara
0 Response to "[FILM] V For Vendetta"
Post a Comment
Peraturan Berkomentar :
- Berkomentar dengan Sopan dan Bijak!
- Untuk Berkomentar Gunakan (OpenID / Name URL / Google+)
- Your attitude determines everything
- Dilarang Spam & Sara